Minggu, 16 Maret 2014

Epidemi, Endemi, Pandemi dan Sporadik

Sebagai mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat apakah kita tahu apa perbedaan epidemi, endemi, pandemi dan sporadik?

Jika belum sekarang saatnya kita untuk tahu, kalau bukan sekarang, kapan lagi????

Epidemi  ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas atau daerah tertentu dalam jumlah yang banyak dan melebihi batas normal.

Endemi adalah keadaan dimana sebah penyakit menetap dalam masyarakat pada tempat tertentu.

Pandemi merupakan epidemi yang cakupan wilayahnya meluas sehingga dapat mencakup seluruh dunia.

Sedangkan sporadik adalah keadaan dimana frekuensi penyakit berubah bergantung pada waktu yang terjadi pada wilayah tertentu, orang awan mengatakan fenomena sporadik sebagai penyakit "musiman".

Buat yang masih bingung mari kita lihat tabel ringkasannya

No
Keadaan Masalah Kesehatan
Frekuensi
Distribusi
Tempat
Waktu
1
Epidemi
Meningkat
Daerah tertentu
Singkat
2
Endemi
Stabil
Daerah tertentu
Lama
3
Pandemi
Meningkat
Daerah meluas
Singkat
4
Sporadik
Berubah menurut waktu
Daerah tertentu
Lama

Masih bingung jugaa ?????
Okee, sabar yaa kita beri contohnya nih biar kalian paham perbedaanya

Fenoma Epidemik
1.      Selasa, 6 Oktober 2009
Sedikitnya 20 orang tewas akibat epidemi kolera di Tanzania. Selama tujuh. hari terkhir 600 kasus dilaporkan terjadi, seperti yang dikutip dari Press TV, Menteri Kesehatan Nsachris Mwamaja mengatakan bahwa Distrik Handeni di wilayah timur Laut Tanga merupakan wilayah yang paling banyak terkena wabah dengan 511 kasus kolera.


2.      Rabu, 4 November 2009
Dr. Chen, yang merupakan wakil direktur untuk pengawasan penyakit yang ditularkan secara seksualmengatakan ada sedikitnya 280.000 laporan kasus infeksi sipilis pada 2008. Angka itu tiga kali lipat lebih besar  dari yang tercatat pada 204 dan sepuluh kali lipat dibandingkan dekakde sebelumnya.

Fenomena Endemis
1.      Cacar
Cacar diduga telah menjangkiti populasi manusia sekitar 10,000 SM. Catatan sejarah dari Asia menunjukkan bukti adanya penyakit menyerupai cacar di China kuno (1122 SM) dan India (1500 SM). Bukti fisik tertua tentang cacar ditunjukkan oleh lesi kulit pada mumi Firaun Ramses V dari Mesir yang meninggal 1157 SM. Terdapat spekulasi bahwa pedagang Mesir, membawa cacar ke India selama milenium pertama SM, dan cacar menjadi penyakit endemik di India selama sedikit-dikitnya 2000 tahun. Tetapi sumber lain mengatakan, cacar dibawa ke India oleh orang-orang Portugis. Gambaran cacar yang meyakinkan ditemukan pada abad ke 4 di China dan ke 7 di India. Cacar diduga memasuki China selama abad pertama dari arah Barat Daya, dan pada abad ke 6 dibawa dari China ke Jepang. Di Jepang epidemi 735-737 diyakini telah membunuh lebih dari sepertiga penduduk. Sekurang-kurangnya tujuh dewa didedikasikan untuk cacar, seperti dewa Sopona di daerah Yoruba. Di India, dewi Hindu cacar, Sitala Mata, dipuja di candi-candi di seluruh negeri.

2.      Demam Berdarah Dengue
Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten endemis DBD di Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2005 desa endemis meningkat jum1ahnya menjadi 40 desa. Pada tahun 2004 Incidence Rate (IR) adalah 1,29/10.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) mencapai 4, I%. Pada tahun 2005 tetjadi peningkatan yaitu IR sebesar 2,25/10.000 penduduk dan CFR sebesar 4,3%. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Purwodadi yang mempunyai wilayah dengan kategori endemis dan sporadis DBD.


Daftar Pustaka

Murti, Bhisma. Sejarah Epidemiologi.
Sholichah, Zumrotus dan Rr. Anggun Paramita Djati. Indeks Jentik Di Daerah Endemis dan Daerah Sporadis Demam Berdarah Dengue Di Purwodadi Kabupaten Grobogan. BALABA, Ed.006, no. 01, Juni 2008 : 8-9


Fenomena Pandemi
1.      Cacar
Cacar merupakan sebuah penyakit menular yang menyebabkan manifestasi klinis berat dan sangat fatal. Penyakit ini disebabkan oleh virus Variola major atau Variola minor. Cacar disebut Variola atau Variola vera, berasal dari kata Latin ‗varius‘ yang berarti bercak, atau ‗varius‘ yang berarti gelembung kulit. Terma ‗smallpox‘ dalam bahasa Inggris digunakan pertama kali di Eropa pada abad ke 15 untuk membedakan cacar dengan great pox‘ (sifilis). Masa inkubasi sekitar 12 hari.


2.      Kolera
Pada 1816-1826 terjadi pandemi pertama kolera di berbagai bagian dunia. Penyakit itu menyerang korban dengan diare berat, muntah, sering kali berakibat fatal. Pandemi dimulai di Bengal (India), lalu menyebar melintasi India tahun 1820. Sebanyak 10,000 tentara Inggris dan tak terhitung penduduk India meninggal selama pandemi tersebut. Pandemi kolera meluas ke China, Indonesia (lebih dari 100,000 orang meninggal di pulau Jawa saja), dan Laut Kaspia, sebelum akhirnya mereda. Kematian di India antara 1817-1860 diperkirakan mencapai lebih dari 15 juta jiwa. Sebanyak 23 juta jiwa lainnya meninggal antara 1865-1917. Kematian penduduk di Rusia pada periode yang sama mencapai lebih dari 2 juta jiwa.
Pandemi kolera kedua terjadi 1829-1851, mencapai Rusia, Hungaria (sekitar 100,000 orang meninggal) dan Jerman pada 1831, London pada 1832 (lebih dari 55,000 orang meninggal di Inggris), Perancis, Kanada (Ontario), dan Amerika Serikat (New York) pada tahun yang sama, pantai Pasifik Amerika Utara pada 1834. Outbreak selama dua tahun terjadi di Inggris dan Wales pada 1848 dan merenggut nyawa 52,000 jiwa.

3.      Influenza
Pada Maret 1918 hingga Juni 1920 terjadi pandemi luar biasa yang disebut Influenza Besar (Flu Spanyol, The Great Influenza). Peristiwa itu dianggap pandemi yang paling mematikan dalam sejarah kemanusiaan. Penderita flu meninggal dalam tempo beberapa hari atau beberapa jam sejak gejala klinis. Virus influenza strain subtipe H1N1 yang sangat virulen diperkirakan menyerang 500 juta orang di seluruh dunia dan membunuh 50 hingga 100 juta orang hanya dalam waktu 6 bulan. Tidak seperti outbreak influenza lainnya, wabah Flu Spanyol tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi juga anak-anak. Sebuah studi mengatakan, wabah itu menyerang 8-10 persen dari semua dewasa muda (eHow, 1999; Epic Disasters, 2010). Pandemi Flu diperparah karena kondisi selama Perang Dunia I, khususnya berkumpulnya sejumlah besar pemuda di barak-barak militer. Flu tersebut dimulai dari mutasi terbatas di Haskell Country, Kansas (AS), lalu ditularkan melalui perpindahan masif serdadu Amerika dari basis ke basis, selanjutnya disebarkan ke seluruh dunia melalui perjalanan internasional para serdadu. Salah satu penderita adalah Presiden AS waktu itu, Woodrow Wilson, yang terkena flu pada akhir perang. Untuk mencegah penularan dianjurkan untuk tidak melakukan pertemuan kelompok, dan pemakamam wajib dilakukan dalam tempo 15 menit (eHow, 1999; Epic Disasters, 2010).

Daftar Pustaka

Murti, Bhisma.  Sejarah Epidemiologi.



Fenomena Sporadik

1.      Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten endemis DBD di Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2005 desa endemis meningkat jum1ahnya menjadi 40 desa. Pada tahun 2004 Incidence Rate (IR) adalah 1,29/10.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) mencapai 4, I%. Pada tahun 2005 tetjadi peningkatan yaitu IR sebesar 2,25/10.000 penduduk dan CFR sebesar 4,3%. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Purwodadi yang mempunyai wilayah dengan kategori endemis dan sporadis DBD.
2.      Kota Bandung, 27 November 2012 teerjadi peningkatan kasus diare dan DBD saat musim hujan. Berdasarkan data Dinkes dalam tiga bulan terakhir ini, untuk diare pada Juli  4.766, Agustus 4310, September 4.226. ISPA pada Juli 1.628, Agustus 1542 dan September 1418. Sementara untuk DBD,  pada Juli mencapai 454 kasus, Agustus 342, dan September 266 kasus.

Dapus
Sholichah, Zumrotus dan Rr. Anggun Paramita Djati. Indeks Jentik Di Daerah Endemis dan Daerah Sporadis Demam Berdarah Dengue Di Purwodadi Kabupaten Grobogan. BALABA, Ed.006, no. 01, Juni 2008 : 8-9

Sumber lain




Masih binggung yaa, ini ada sedikit catatan, semoga bisa membantu mengatasi kebingungan kalian.

Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik pada uatu suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung dalam populasi tanpa adanya pengaruh dari luar.

Suatu infeksi penyakit dikatakan endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). bila infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara eksponensial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik (endemic steady state) suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemi pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak nedemik, bergantung pada sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit bersangkutan.

Memasuki musim hujan warga Bandung diharapkan waspada terhadap penyakit ISPA (infeksi saluran pecernaan atas), diare dan DBD (deman berdarah dengue). Meski tren penderita ketiga penyakit ini masih dalam batas normal namun kewaspadaan dini dan pencegahan dengan PHBS (pola hidup bersih dan sehat) harus tetap ditingkatkan.
“Penyakit yang sangat berhubungan dengan musim hujan dan biasanya mendera warga yakni penyakit seperti ISPA, DBD dan diare. Karena pada musim hujan ini, terkadang keberadaan air bersih jadi kendala,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Ahyani Raksanagara kemarin (13/11).
Achyani mengingatkan untuk penduduk yang lokasi rumahnya berdekatan dengan sungai, saat hujan turun air sungai meluap dan mendekati sumur maka harus hati-hati. Karena  sejumlah penyakit bisa mendera.
Selain diare, warga pun bisa terkena hepatitis A dan tipes, penyakit ini disebabkan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Tak hanya itu, genagan air hujan juga bisa membuat faktor penyakit tumbuh cepat seperti nyamuk Cikungunya. Selain itu, hujan yang mengakibatkan banjir bisa menimbulkan penyakit kulit. Karenanya, menurut Achyani, harus hati-hati kalau ada genangan air harus memakai alat kaki.
“Selain penyakit kulit, air banjir  bisa terkontaminasi kencing tikus dan bisa menyebabkan penyakit Leptospirosis. Kalau terkena banjir, segera bersihkan bagian tubuh yang terkena air banjir tersebut,” tandasnya.
Untuk masyarakat yang sudah terkena penyakit ISPA, Diare dan DBD maka segeralah periksa kan diri ke petugas kesehatan terdekat. Sebagai pencegahan dini, untuk diare bisa sediakan oralit. Namun untuk penyakit yang diakibatkan virus ini biasanya menimbulkan deman, jadi kalau deman terjadi segeralah ke dokter terdekat.
Namun yang terpenting, menurut Ahyani, saat ini masyarakat melakukan kewaspadaan dini dan pencegahan dengan melakukan PHBS. “Bersihkan lingkungan, dan rajin mencuci tangan sebelum makan dengan sabun,” ungkapnya.
Sebenarnya, lanjut Achyani, saat ini  penderita ISPA, diare dan DBD masih dalam batas normal. Berdasarkan data Dinkes dalam tiga bulan terakhir ini, untuk diare pada Juli  4.766, Agustus 4310, September 4.226. ISPA pada Juli 1.628, Agustus 1542 dan September 1418. Sementara untuk DBD,  pada Juli mencapai 454 kasus, Agustus 342, dan September 266 kasus. “Trennya untuk ISPA, diare dan DBD masih dalam batas normal dan tak ada lonjakan kasus,” tandasnya. (mur)

sumber : http://www.jpnn.com/read/2012/11/15/146995/Hujan-Waspada-ISPA,-Diare-dan-DBD











0 komentar:

Posting Komentar