Sebagai
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat apakah kita tahu apa perbedaan epidemi,
endemi, pandemi dan sporadik?
Jika
belum sekarang saatnya kita untuk tahu, kalau bukan sekarang, kapan lagi????
Epidemi ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas
atau daerah tertentu dalam jumlah yang banyak dan melebihi batas normal.
Endemi
adalah keadaan dimana sebah penyakit menetap dalam masyarakat pada tempat
tertentu.
Pandemi
merupakan epidemi yang cakupan wilayahnya meluas sehingga dapat mencakup
seluruh dunia.
Sedangkan
sporadik adalah keadaan dimana frekuensi penyakit berubah bergantung pada waktu
yang terjadi pada wilayah tertentu, orang awan mengatakan fenomena sporadik
sebagai penyakit "musiman".
Buat
yang masih bingung mari kita lihat tabel ringkasannya
No
|
Keadaan Masalah
Kesehatan
|
Frekuensi
|
Distribusi
|
|
Tempat
|
Waktu
|
|||
1
|
Epidemi
|
Meningkat
|
Daerah tertentu
|
Singkat
|
2
|
Endemi
|
Stabil
|
Daerah tertentu
|
Lama
|
3
|
Pandemi
|
Meningkat
|
Daerah meluas
|
Singkat
|
4
|
Sporadik
|
Berubah menurut
waktu
|
Daerah tertentu
|
Lama
|
Masih
bingung jugaa ?????
Okee,
sabar yaa kita beri contohnya nih biar kalian paham perbedaanya
Fenoma
Epidemik
1.
Selasa,
6 Oktober 2009
Sedikitnya 20 orang tewas akibat epidemi kolera di
Tanzania. Selama tujuh. hari terkhir 600 kasus dilaporkan terjadi, seperti yang
dikutip dari Press TV, Menteri Kesehatan Nsachris Mwamaja mengatakan bahwa
Distrik Handeni di wilayah timur Laut Tanga merupakan wilayah yang paling
banyak terkena wabah dengan 511 kasus kolera.
2.
Rabu,
4 November 2009
Dr. Chen, yang merupakan wakil direktur untuk
pengawasan penyakit yang ditularkan secara seksualmengatakan ada sedikitnya
280.000 laporan kasus infeksi sipilis pada 2008. Angka itu tiga kali lipat
lebih besar dari yang tercatat pada 204
dan sepuluh kali lipat dibandingkan dekakde sebelumnya.
Fenomena Endemis
1. Cacar
Cacar diduga telah menjangkiti populasi
manusia sekitar 10,000 SM. Catatan sejarah dari Asia menunjukkan bukti adanya
penyakit menyerupai cacar di China kuno (1122 SM) dan India (1500 SM). Bukti
fisik tertua tentang cacar ditunjukkan oleh lesi kulit pada mumi Firaun Ramses
V dari Mesir yang meninggal 1157 SM. Terdapat spekulasi bahwa pedagang Mesir,
membawa cacar ke India selama milenium pertama SM, dan cacar menjadi penyakit
endemik di India selama sedikit-dikitnya 2000 tahun. Tetapi sumber lain
mengatakan, cacar dibawa ke India oleh orang-orang Portugis. Gambaran cacar
yang meyakinkan ditemukan pada abad ke 4 di China dan ke 7 di India. Cacar
diduga memasuki China selama abad pertama dari arah Barat Daya, dan pada abad
ke 6 dibawa dari China ke Jepang. Di Jepang epidemi 735-737 diyakini telah
membunuh lebih dari sepertiga penduduk. Sekurang-kurangnya tujuh dewa
didedikasikan untuk cacar, seperti dewa Sopona di daerah Yoruba. Di India, dewi
Hindu cacar, Sitala Mata, dipuja di candi-candi di seluruh negeri.
2.
Demam
Berdarah Dengue
Kabupaten Grobogan
merupakan kabupaten endemis DBD di Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2005 desa
endemis meningkat jum1ahnya menjadi 40 desa. Pada tahun 2004 Incidence Rate (IR)
adalah 1,29/10.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) mencapai 4,
I%. Pada tahun 2005 tetjadi peningkatan yaitu IR sebesar 2,25/10.000 penduduk
dan CFR sebesar 4,3%. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Purwodadi yang
mempunyai wilayah dengan kategori endemis dan sporadis DBD.
Daftar Pustaka
Murti, Bhisma. Sejarah Epidemiologi.
Sholichah, Zumrotus dan Rr. Anggun Paramita
Djati. Indeks Jentik Di Daerah Endemis dan Daerah Sporadis Demam Berdarah
Dengue Di Purwodadi Kabupaten Grobogan. BALABA, Ed.006, no. 01, Juni 2008 :
8-9
Fenomena Pandemi
1. Cacar
Cacar merupakan sebuah penyakit menular yang
menyebabkan manifestasi klinis berat dan sangat fatal. Penyakit ini disebabkan
oleh virus Variola major atau Variola minor. Cacar disebut Variola atau Variola
vera, berasal dari kata Latin ‗varius‘ yang berarti bercak, atau ‗varius‘ yang
berarti gelembung kulit. Terma ‗smallpox‘ dalam bahasa Inggris digunakan
pertama kali di Eropa pada abad ke 15 untuk membedakan cacar dengan great pox‘
(sifilis). Masa inkubasi sekitar 12 hari.
2. Kolera
Pada 1816-1826 terjadi pandemi pertama kolera
di berbagai bagian dunia. Penyakit itu menyerang korban dengan diare berat,
muntah, sering kali berakibat fatal. Pandemi dimulai di Bengal (India), lalu
menyebar melintasi India tahun 1820. Sebanyak 10,000 tentara Inggris dan tak
terhitung penduduk India meninggal selama pandemi tersebut. Pandemi kolera
meluas ke China, Indonesia (lebih dari 100,000 orang meninggal di pulau Jawa
saja), dan Laut Kaspia, sebelum akhirnya mereda. Kematian di India antara
1817-1860 diperkirakan mencapai lebih dari 15 juta jiwa. Sebanyak 23 juta jiwa
lainnya meninggal antara 1865-1917. Kematian penduduk di Rusia pada periode
yang sama mencapai lebih dari 2 juta jiwa.
Pandemi kolera kedua terjadi 1829-1851,
mencapai Rusia, Hungaria (sekitar 100,000 orang meninggal) dan Jerman pada
1831, London pada 1832 (lebih dari 55,000 orang meninggal di Inggris),
Perancis, Kanada (Ontario), dan Amerika Serikat (New York) pada tahun yang
sama, pantai Pasifik Amerika Utara pada 1834. Outbreak selama dua tahun terjadi
di Inggris dan Wales pada 1848 dan merenggut nyawa 52,000 jiwa.
3. Influenza
Pada
Maret 1918 hingga Juni 1920 terjadi pandemi luar biasa yang disebut Influenza
Besar (Flu Spanyol, The Great Influenza). Peristiwa itu dianggap pandemi yang
paling mematikan dalam sejarah kemanusiaan. Penderita flu meninggal dalam tempo
beberapa hari atau beberapa jam sejak gejala klinis. Virus influenza strain
subtipe H1N1 yang sangat virulen diperkirakan menyerang 500 juta orang di
seluruh dunia dan membunuh 50 hingga 100 juta orang hanya dalam waktu 6 bulan.
Tidak seperti outbreak influenza lainnya, wabah Flu Spanyol tidak hanya
menyerang orang dewasa tetapi juga anak-anak. Sebuah studi mengatakan, wabah
itu menyerang 8-10 persen dari semua dewasa muda (eHow, 1999; Epic Disasters,
2010). Pandemi Flu diperparah karena kondisi selama Perang Dunia I, khususnya
berkumpulnya sejumlah besar pemuda di barak-barak militer. Flu tersebut dimulai
dari mutasi terbatas di Haskell Country, Kansas (AS), lalu ditularkan melalui
perpindahan masif serdadu Amerika dari basis ke basis, selanjutnya disebarkan
ke seluruh dunia melalui perjalanan internasional para serdadu. Salah satu
penderita adalah Presiden AS waktu itu, Woodrow Wilson, yang terkena flu pada
akhir perang. Untuk mencegah penularan dianjurkan untuk tidak melakukan
pertemuan kelompok, dan pemakamam wajib dilakukan dalam tempo 15 menit (eHow,
1999; Epic Disasters, 2010).
Daftar
Pustaka
Murti,
Bhisma. Sejarah Epidemiologi.
Fenomena
Sporadik
1.
Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten endemis DBD di Provinsi Jawa
Tengah. Pada tahun 2005 desa endemis meningkat jum1ahnya menjadi 40 desa. Pada
tahun 2004 Incidence Rate (IR) adalah 1,29/10.000 penduduk dengan Case
Fatality Rate (CFR) mencapai 4, I%. Pada tahun 2005 tetjadi peningkatan
yaitu IR sebesar 2,25/10.000 penduduk dan CFR sebesar 4,3%. Kasus tertinggi
terjadi di Kecamatan Purwodadi yang mempunyai wilayah dengan kategori endemis
dan sporadis DBD.
2.
Kota Bandung, 27 November 2012 teerjadi peningkatan kasus diare dan DBD
saat musim hujan. Berdasarkan data Dinkes dalam tiga bulan terakhir ini, untuk
diare pada Juli 4.766, Agustus 4310, September 4.226. ISPA pada Juli
1.628, Agustus 1542 dan September 1418. Sementara untuk DBD, pada Juli
mencapai 454 kasus, Agustus 342, dan September 266 kasus.
Dapus
Sholichah, Zumrotus dan Rr. Anggun Paramita
Djati. Indeks Jentik Di Daerah Endemis dan Daerah Sporadis Demam Berdarah
Dengue Di Purwodadi Kabupaten Grobogan. BALABA, Ed.006, no. 01, Juni 2008 :
8-9
Sumber lain
Masih
binggung yaa, ini ada sedikit catatan, semoga bisa membantu mengatasi
kebingungan kalian.
Suatu
infeksi dikatakan sebagai endemik pada uatu suatu populasi jika infeksi
tersebut berlangsung dalam populasi tanpa adanya pengaruh dari luar.
Suatu
infeksi penyakit dikatakan endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit
tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). bila
infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah
secara eksponensial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik
(endemic steady state) suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemi pada
akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak nedemik, bergantung pada sejumlah
faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit bersangkutan.
Memasuki musim hujan warga
Bandung diharapkan waspada terhadap penyakit ISPA (infeksi saluran pecernaan
atas), diare dan DBD (deman berdarah dengue). Meski tren penderita ketiga
penyakit ini masih dalam batas normal namun kewaspadaan dini dan pencegahan
dengan PHBS (pola hidup bersih dan sehat) harus tetap ditingkatkan.
“Penyakit yang sangat berhubungan
dengan musim hujan dan biasanya mendera warga yakni penyakit seperti ISPA, DBD
dan diare. Karena pada musim hujan ini, terkadang keberadaan air bersih jadi
kendala,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Ahyani Raksanagara
kemarin (13/11).
Achyani mengingatkan untuk penduduk
yang lokasi rumahnya berdekatan dengan sungai, saat hujan turun air sungai
meluap dan mendekati sumur maka harus hati-hati. Karena sejumlah penyakit
bisa mendera.
Selain diare, warga pun bisa terkena
hepatitis A dan tipes, penyakit ini disebabkan makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Tak hanya itu, genagan air hujan juga bisa membuat faktor penyakit
tumbuh cepat seperti nyamuk Cikungunya. Selain itu, hujan yang mengakibatkan
banjir bisa menimbulkan penyakit kulit. Karenanya, menurut Achyani, harus
hati-hati kalau ada genangan air harus memakai alat kaki.
“Selain penyakit kulit, air
banjir bisa terkontaminasi kencing tikus dan bisa menyebabkan penyakit
Leptospirosis. Kalau terkena banjir, segera bersihkan bagian tubuh yang terkena
air banjir tersebut,” tandasnya.
Untuk masyarakat yang sudah terkena
penyakit ISPA, Diare dan DBD maka segeralah periksa kan diri ke petugas
kesehatan terdekat. Sebagai pencegahan dini, untuk diare bisa sediakan oralit.
Namun untuk penyakit yang diakibatkan virus ini biasanya menimbulkan deman,
jadi kalau deman terjadi segeralah ke dokter terdekat.
Namun yang terpenting, menurut Ahyani,
saat ini masyarakat melakukan kewaspadaan dini dan pencegahan dengan melakukan
PHBS. “Bersihkan lingkungan, dan rajin mencuci tangan sebelum makan dengan
sabun,” ungkapnya.
Sebenarnya,
lanjut Achyani, saat ini penderita ISPA, diare dan DBD masih dalam batas
normal. Berdasarkan data Dinkes dalam tiga bulan terakhir ini, untuk diare pada
Juli 4.766, Agustus 4310, September 4.226. ISPA pada Juli 1.628, Agustus
1542 dan September 1418. Sementara untuk DBD, pada Juli mencapai 454
kasus, Agustus 342, dan September 266 kasus. “Trennya untuk ISPA, diare dan DBD
masih dalam batas normal dan tak ada lonjakan kasus,” tandasnya. (mur)
sumber :
http://www.jpnn.com/read/2012/11/15/146995/Hujan-Waspada-ISPA,-Diare-dan-DBD
0 komentar:
Posting Komentar